Sebagai pengusaha sangkar burung di
tempat asalnya yang selalu berbekal kreativitas, Samsul Arif seakan kerap
lolos dari kesulitan. Lokasi usaha sangkar burung miliknya di Dusun Karangasem,
Desa Karangsemanding, Kecamatan Balongpanggang ini pun begitu strategis. Tak
heran, orang-orang yang melewati jalan ini jadi mudah melihat aneka sangkar
burung yang dipajang bergantungan di depan rumah yang merangkap tempat
kerjanya.
Melihat beberapa orang mengerjakan
pembuatan sangkar burung pun menjadi pemandangan sehari-hari di rumahnya. Ada pula beberapa pedagang sangkar burung dari berbagai daerah
yang kulakan di tempatnya. Salah satu sangkar andalan Samsoel adalah sangkar model Kosan.
Sangkar Kosan memang paling disukai, meskipun harganya lebih mahal dibandingkan
sangkar biasa. Harga pun tergantung model dan ukurannya. Harga satu sangkar
burung Samsoel berkisar antara Rp 120.000 – Rp 250.000 untuk sangkar yang masih
mentah dan Rp. 260.000 – Rp. 400.000 untuk sangkar yang sudah di cat.
Dikisahkan Samsoel , kawasan tempat tinggalnya adalah satu-satunya sentra
kerajinan sangkar burung di Gresik. Saat ini, 90 % warga Dusunnya merupakan
pengrajin sangkar burung.
Sebelumnya, Samsoel , yang juga menjagi guru Olah Raga ini mengaku kesulitan untuk mendapatkan
pekerjaan sampingan yang menjanjikan. Ia sempat bingung ketika belum
juga dapat pekerjaan sampingan. Padahal dia harus bekerja untuk masa depanya. Saat itulah,
ia melihat seorang temannya yang sedang membuat sangkar burung. Samsoel pun
tertarik untuk belajar membuatnya.
Sang teman pun tak keberatan membagi ilmu. Samsoel akhirnya dengan tekun belajar,
meski diakuinya, tak mudah membuat sangkar burung yang bagus. Semula ia bekerja
di usaha sangkar burung milik teman. Niatnya saat itu memang untuk belajar.
Tiga bulan kemudian, ia pun berhasil menguasai ilmu membuat sangkar burung.
Menurut Samsoel, sebenarnya pekerjaan membuat sangkar burung ini termasuk rumit
dan butuh ketekunan.
Selanjutnya, Samsoel bertekad mengembangkan usaha di rumahnya sendiri. Bermodal
Rp 5.000.000 untuk membuat alat produksi dan kebutuhan lain, Samsoel mulai
menekuni usahanya.
Awalnya, Samsoel hanya sendirian melakoni usahanya. Tak mudah baginya menuai
sukses. Setelah sangkar burung berhasil diproduksi, kendalanya adalah mencari
pasarnya. Kala itu, pasar di Gresik belum bisa menampung karyanya. Samsoel pun
jadi teringat mempunyai kenalan di Surabaya. Ia paham Pasar Bratang Surabaya merupakan
salah satu sentral penjualan burung dan sangkarnya. Ia pun kemudian membawa
puluhan sangkar burung ke Surabaya menggunakan sepeda motor.
Sangkar burung karya Samsoel yang terkenal halus dan rapih pun langsung memikat
pedagang pasar di Surabaya. Ternyata, ia tidak kesulitan memasarkannya. Hanya
saja, pedagang pasar sering membayar belakangan. Meskipun begitu, Samsoel bersyukur
usahanya bisa berjalan. Sejak itu, Samsoel pun menjadi rutin ke Surabaya.
Sehingga seiring waktu, dalam menjalankan roda produksinya, Samsoel tak bisa
sendirian lagi. Ia pun mulai mencari karyawan. Uniknya, ia sengaja mencari
pelajar yang kesulitan biaya sekolah. Kebanyakan dari anak-anak tidak mampu.
Awalnya, mereka datang hanya sekedar ingin membantu-bantu. Namun oleh Samsoel ,
sekalian saja mereka diajarkan membuat sangkar burung sampai bisa. Samsoel pun tetap menggaji mereka meski masih tahap belajar. Setidaknya upah yang ia
berikan bisa untuk memenuhi kebutuhan jajan mereka.
Saat itu ada sembilan anak yang
belajar di tempat Samsoel. Ia pun juga merasa terbantu. Mereka bekerja setelah pulang sekolah. Banyak di antara mereka yang sekarang punya pekerjaan bagus.
Ada yang menjadi guru, ada juga yang menjadi polisi, bahkan ada yang menjadi
perajin sangkar burung yang sukses.
Kian lama, usaha Samsoel makin maju.
Ia juga tak perlu capek-capek ke Surabaya lagi. Tiga tahun menekuni usaha,
sudah banyak pedagang yang justru mendatanginya. Selain pedagang di Surabaya,
ia juga memasok kebutuhan pedagang di berbagai kota. Tak hanya itu, ia juga
punya relasi tokoh-tokoh penting di kotanya. Tetangga di sekitar rumahnya pun
jadi heran, kala melihat ia bisa sesukses itu. Samsoel pun telah berhasil
membangun rumah dari usahanya ini.
Sebagai pengrajin, Samsoel mengaku pendapatannya memang tak begitu besar. Berbeda
kalau menjadi pengepul, penghasilannya bisa jauh lebih besar. Itu sebabnya
belakangan ini Samsoel pun juga mencoba menjadi pengepul. Ia mengambil sangkar
burung dari belasan pengrajin dan menjualnya kembali.
Kini, dalam sebulan Samsoel mampu memproduksi ratusan sangkar burung. Menurutnya,
usaha sangkar burung sebenarnya tak kenal musim. Artinya, akan mampu terus
bertahan. Namun ketika beberapa tahun silam kabar penyakit flu burung merebak,
mau tak mau usahanya juga sempat oleng. Penyakit flu burung yang ramai
diberitakan, akhirnya membuat orang takut memelihara burung. Otomatis usaha
sangkar burung pun juga sulit bertahan. Untungnya, Samsoel masih mampu bertahan. Sangkar burung karya Samsoel pun sering pula diikutkan dalam berbagai acara pameran.
Namun, ia sendiri memilih tak ikut langsung dalam acara pameran tersebut.
Baginya, lebih baik tetap bekerja di rumah, membuat sangkar.
Sempat pula usahanya menyusut ketika merebak bisnis tanaman hias seperti
gelombang cinta. Meski tak setelak kabar flu burung, tren tanaman hias itu juga
sempat mempengaruhi usaha sangkar burungnya. Namun Samsoel tetap menunjukkan
sikap konsistennya. Ia meyakini, usaha pembuatan sangkar burung tak akan pernah
benar-benar surut. Terbukti, ia sanggup bertahan dari tahun ke tahun. Tentu
saja ia sangat bersyukur usahanya masih bisa terus bertahan. Apalagi,
belakangan ini usahanya terus stabil.
Salah satu kunci untuk terus bertahan adalah, Samsoel tak berhenti berkerasi berinovasi
dan tentunya menjaga kualitas sangkar burungnya. Ia sanggup membuat aneka model
sangkar, dari bentuk bulat, segi empat, segi delapan, dan beragam lainnya.
Samsoel pun mengaku akan terus setia dengan pekerjaannya, karena usahanya
terbukti mampu menghidupi keluarganya. Dan ia pun masih ingin terus
mengembangkan industri sangkar burung di tempatnya. (tcjs/sams)
CP : 085850033285
Pin BB : 7CD1B072
semangat2!!!
BalasHapus