Telecenter Joko Samudro Gresik Alamat Desa Karangsemanding Kec. Balongpanggang Kab. Gresik Telp. 0317922620 [ Pusat Layanan Masyarakat Berbasis Internet ]

Senin, 25 Juni 2012

Balongpanggang Que Sera sera

Letak geografis yang berimpitan dengan Kecamatan Benjeng, membuat Tlatah Balongpanggang memiliki persamaan nasib dalam beberapa hal. Misalnya pertama, sama-sama menjadi areal luberan luapan Kali Lamong setiap tahun, walau hanya sebagian kecil dari seluruh wilayahnya. Kedua, sama-sama punya lahan pertanian subur tapi tadah hujan, lha wongsaluran irigasi terpadu belum pernah dibangun jadi ya harus pandai-pandai memaanfaatkan karunia alam yang subur tersebut agar mendapatkan hasil yang maksimal.
orkes Shera in action (foto:istw)
Warga Balongpanggang ternyata memang cerdas dan kreatif, tak ada rotan akarpun jadi. Tak bisa panen padi tiga  kali dalam setahun—karena keterbatasan irigasi—panen kangkung bisa jadi gantinya. Jangan sepelekan komoditi kangkung. Karena yang ditanam para petani Balongpanggang bukan kangkung sembarang kangkung, tapi kangkung darat komoditi ekspor. Bukan daun dan batangnya yang dikonsumsi, melainkan bijinya yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Biji kangkung yang dipanen petani dijual untuk di ekpor ke Jepang, Taiwan dan Tiongkok.
’’Untuk bahan kosmetik, lumayan hasilnya, perawatannya juga mudah,’’ujar Manan, petani asal Desa karangsemanding, Kecamatan Balongpanggang. Petani mendapatkan harga jual yang lumayan tinggi Rp 12 ribu perkilogramnya. Biasanya petani menanam kangkung usai panen padi sekali, ketika hujan sudah tidak lagi turun. Malah tidak sedikit petani yang menanam kangkung sepanjang tahun karena perawatannya jauh lebih mudah daripada menanam padi maupun palawija.
Apalagi di saat musim sudah tidak bisa dipegang periodisasi patokan waktunya, sejak climatechange atau perubahan iklim global melanda dunia.’’Alamnya sudah rusak, lintang waluku (rasi bintang scorpio-red) mpun mboten saget diangge pathokan,’’keluh Mbah Lono salah seorang petani sepuh Desa Wahas.
Petani yang punya modal lebih justru menyulap lahan pertaniannya menjadi areal kandang ayam potong atau petelur. Maka sudah pasti denyut ekonomi kerakyatan yang kerap disebut-sebut politisi ketika kampanye jauh-jauh hari sudah berlangsung di tlatah Balongpanggang yang memiliki batas wilayah langsung dengan dua kabupaten tetangga ini. Di selatan dengan Kecamatan Dawar Blandong, Kabupaten Mojokerto, dan sisi barat dengan Kecamatan Mantub, Kabupaten Lamongan. Sekedar mengingat, kalau membaca ‘Mantub’ wajib mengatubkan mulut…kalau tidak resiko tanggung sendiri!
Ada tradisi lain yang tidak dimiliki tlatah kecamatan di luar Balongpanggang. Tradisi ini mewakili symbol masyarakat ekonomii agraris, yaitu pasar hewan atau pasar rajakaya. Ada dua lokasi pasar hewan sekaligus, pasar sapi Desa Kedungpring setiap hari Selasa dan Desa Balongpanggang setiap hari Kamis. Walau labelnya pasar sapi, sang kambing juga ikut nimbrung jual diri. Bisa dibayangkan berapa besar perputaran uang di kedua pasar tersebut setiap hari pasaran. Kalau seekor sapi minim dihargai Rp 4 juta, kambing minimal Rp 500 ribu, setiap hari terjual 100 ekor sapi dan 100 ekor kambing, berapa duit yang ada di pasar hari itu? Luar biasa toh peran Balongpanggang dalam memajukan ekonomi kerakyatan.
Dari aspek budaya massa, Balongpanggang diam-diam menjadi wakil Gresik yang cukup istikomah di tataran regional Jawa Timur. Hasil ‘sensus abal-abal’ menunjukkan perkembangan musik dangdut paling pesat terjadi di Gresik. Penggemarnya segala usia, segala lapisan, dan segala profesi. Malah radio dangdut terpopuler Jatim juga ada di Gresik. Pernah dengar grup music dangdut ‘’Shera’’?, dari Balongpanggang-lah mereka berasal. Sejak tahun 90-an hingga sekarang tetap eksis, laris manis ditanggap dari pentas ke pentas. Penggemar dangdut bangga meneriakkan ‘’Sheeraa..’’ dengan suara serak melengking mirip Dewi Persik.
Grup orkes dangdut Shera di pentas laku keras, di VCD Bajakan juga laris manis. Mereka berasal dari Balongpanggang, ingat itu. Terlepas ada yang bilang norak, ndesit paling-paling cuma yang nggak suka musik dangdut yang komplain. Kalau masih bilang ndesit lagi, suruh saja naik lyn BP dari Pasar Turi ke Balongpanggang Cuma Rp 5000, kalau belum puas suruh balik lagi naik lyn BP dari Balongpanggang ke Pasar Turi, niscaya bakal kebingungan mencari ndesit.
Lebih enjoy lagi kalau mau mendengarkan lagu dari CD bajakannya orkes dangdut Shera. Kalau enggan karena alergi musik dangdut nyanyi saja ‘’Que shera… shera… selama ada Balongpanggang que shera…shera…”

3 komentar: